10 Desember 2024
vihara-dharma-bhakti.jpg

Vihara Dharma Bhakti (Jin De Yuan)

Vihara Dharma Bhakti, Jakarta memiliki tidak kurang dari 140 kelenteng Tionghoa di kota kosmopolitan yang luas ini. Namun, yang tertua di antara semuanya adalah kuil di Petak Sembilan di Pecinan Jakarta, yang lebih dikenal secara lokal Glodok.

Awalnya dibangun pada tahun 1650 oleh letnan Tiongkok Kwee Hoen, kuil ini disebut Koan Im Teng, didedikasikan untuk dewi Kwan Im. Dalam sejarahnya yang panjang, kuil Tao ini beberapa kali berganti nama. Pada tahun 1740 saat terjadi pembantaian besar-besaran oleh Belanda, kuil ini dihancurkan, namun dibangun kembali pada tahun 1755 oleh kapten Tiongkok Oei Tjhie, yang menamakannya Kim Tek Le atau Jin De Yuan (yang berarti kebijaksanaan emas). Belakangan namanya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sehingga dikenal dengan nama Vihara Dharma Bhakti.

Terletak di Jalan Kemenangan III di belakang Jalan Gajah Mada, dan seluas 3000 meter persegi, Vihara ini terus ramai dikunjungi hingga saat ini. Pada setiap hari pertama dan ke-15 bulan baru, para umat berduyun-duyun ke kuil untuk membakar dupa atau menyalakan lilin untuk memohon perlindungan dan kesejahteraan Yang Maha Kuasa. Kuil ini sangat ramai dikunjungi saat perayaan Tahun Baru Imlek ketika Vihara menjadi fokus ibadah, Jalan menuju gerbang kuil sempit, bahkan dipersempit dengan sepeda motor yang diparkir di kedua sisi jalan. Di sini juga terdapat banyak pengemis, yang masih menjadi ciri khas candi.

Vihara Dharma Bhakti, Jakarta memiliki tidak kurang dari 140 kelenteng Tionghoa di kota kosmopolitan yang luas ini.

 

Sebelum mencapai candi induk terdapat 3 candi kecil yang interiornya didominasi warna merah. Lentera merah digantung di langit-langit dengan altar hingga berbagai dewa yang diatur di setiap bagian aula.

Sebelum memasuki kuil utama, Anda dapat melihat orang-orang membakar dupa yang disebut Hio, berdoa kepada Pencipta Tertinggi dan menanam dupa dalam mangkuk broze besar yang disebut Hio-louw, atau wadah dupa. Pada hari-hari khusus, udara di alun-alun akan dipenuhi asap dan bau dupa.

Di ruang sembahyang di kuil Yin De Juan berdiri empat pilar berwarna merah yang menopang langit-langit ganda yang dominan berwarna kuning dengan kuncup bunga teratai sebagai mahkotanya. Di sepanjang salah satu dinding terdapat deretan lilin merah yang menyala, sedangkan di tengah aula berdiri puluhan lilin merah raksasa. Sinar matahari yang masuk dari langit-langit memberikan aura unik pada asap yang mengepul di kuil.

Sejumlah patung dewa perunggu dipajang di sisi lain tembok. Di candi ini terdapat patung Tao, Konghucu dan Budha yang menandakan bahwa candi tersebut menganut kepercayaan Budha Mahayana.

Apakah Anda datang untuk berdoa atau mengunjungi kuil, kagumi ukiran indah, kaligrafi halus di sekitar pilar, patung dewa, lukisan naga dan burung layang-layang yang semuanya diciptakan oleh seniman beberapa ratus tahun yang lalu di kuil Tionghoa tertua di Jakarta .

Alamat candinya adalah :

Vihara Jin De Yuan/ Kim Tek Ie

Jl. Kemenangan III No.13 (Petak 9)
Glodok – Jakarta Barat

Kuil Cina lainnya di dekatnya

Di samping Kelenteng Jin De Yuan masih terdapat dua kelenteng Tionghoa tertua di Jakarta lainnya, yaitu Vihara Tanda Bhakti dan Vihara Dharma Jaya (Toasebio) yang letaknya berdekatan dengan berjalan kaki.

Vihara Dharma Jaya (Toasebio) yang berusia 259 tahun ini berwarna merah cerah dan dibedakan dari atapnya yang terdapat gambar naga dan burung yang bertengger di atasnya. Di belakang bangunan aslinya terdapat konstruksi dua lantai baru yang telah ditambahkan untuk menampung banyak jemaah yang datang ke sini untuk berdoa. Lentera digantung di langit-langitnya dan sejumlah altar ditempatkan di sekeliling aula. Anda juga akan melihat deretan lilin yang tertata rapi di dinding.

Dibangun 3 tahun setelah Vihara Dharma Jaya, Vihara Tanda Bhakti tercatat berusia 256 tahun. Candi ini terlihat megah dan juga didominasi warna merah dan kuning pada pilar dan langit-langitnya.

Kesana

Petak Sembilan terletak di dekat Stasiun Jakarta Kota. Dari sini Anda bisa menggunakan angkutan lokal apa saja seperti angkot, metromini, ojek, bus Transjakarta, atau bajaj roda tiga. Dari Stasiun Kota (juga dikenal sebagai Stasiun Beos), naik angkutan yang menuju ke Tanah Abang.

Jika turun di Stasiun Glodok tinggal jalan kaki menyeberang menuju Pasar Pancoran atau Pasar Asemka. Untuk mencapai Jalan Kemenangan, tempat kelenteng Tionghoa tertua di Jakarta, belok kiri di jalan pertama menuju Asemka.

Info Kosan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *