10 Desember 2024
red-lobster_169.jpeg


Jakarta, SmokersWorld Indonesia

Restoran makanan laut Amerika Serikat (SEBAGAI), lobster merah mengajukan permohonan kebangkrutan ke pengadilan.

Pengajuan dilakukan dengan dalih; mereka memiliki utang lebih dari US$1 miliar atau Rp16 triliun dan uang tunai kurang dari US$30 juta atau Rp480 miliar (kurs Rp16.019).

Melansir SmokersWorld, Red Lobster berencana menjual bisnisnya kepada pemberi pinjaman. Padahal Red Lobster memiliki 578 gerai di 44 negara bagian AS dan Kanada.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN ISI

Dalam pengajuan kebangkrutannya, Red Lobster mengatakan mereka melayani 64 juta pelanggan per tahun dan menghasilkan penjualan tahunan sebesar US$2 miliar. Namun, para analis dan mantan karyawan Red Lobster mengatakan kesalahan pengelolaan, persaingan, inflasi, dan faktor-faktor lain baru-baru ini menjatuhkan perusahaan.

Kurangnya investasi selama bertahun-tahun dalam pemasaran, kualitas makanan, layanan, dan peningkatan restoran Red Lobster juga membuat perusahaan sulit bersaing dengan restoran cepat saji dan layanan cepat saji lainnya yang sedang berkembang.

Red Lobster Didirikan pada tahun 1968 oleh pria AS bernama William Bristor Darden. Pada tahun 2014, Darden menjual Red Lobster ke perusahaan swasta swasta Golden Gate Capital dengan harga US$2,1 miliar.

Kemudian sejak tahun 2020, distributor makanan laut Thai Union Group yang berbasis di Thailand telah menjadi pemegang saham Red Lobster terbesar. Thai Union memiliki 49 persen saham perusahaan.

Namun, Red Lobster mengalami kesulitan di bawah Thai Union. Jumlah pelanggan yang datang ke Red Lobster anjlok 30 persen sejak 2019 dan hanya mengalami sedikit peningkatan sejak pandemi covid-19.

Awal tahun ini, Thai Union mengatakan akan melakukan divestasi dari Red Lobster dan mengalami kerugian sebesar US$530 juta atas investasinya. Mantan karyawan Red Lobster mengatakan upaya pemotongan biaya dan kesalahan strategi yang dilakukan Thai Union telah merugikan perusahaan.

“Thai Union memaksakan pengurangan biaya secara besar-besaran, termasuk banyak hal yang bodoh karena merugikan penjualan,” kata seorang mantan eksekutif Red Lobster yang tidak ingin disebutkan namanya.

[Gambas:Video SmokersWorld]

(fby/pta)




Info Kosan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *